Jangan lupa oleh-olehnya ya…

“Mbak, udah dapet oleh-oleh dari Bos belum?,tanya Luh.” Belum, emang kenapa? tanya saya balik. Sambil berlalu Luh menjawab” cuman nanya aja kalau – kalau udah dapet”. Luh, teman saya sekantor itu memang selalu rajin menanyakan oleh-oleh, bila ada teman yang pulang bepergian. Saya sampai geleng-geleng kepala kalau dia  bertanya tentang dari oleh-oleh.

Bertanya oleh-oleh kepada keluarga atau kerabat dekat yang pulang bepergian bolehlah . Tetapi juga harus dipikirkan ulang lagi untuk menanyakannya, apalagi bila seseorang itu baru berpamitan akan mengunjungi suatu tempat baik keluar negeri atau sekedar kunjungan kerja ke daerah lain, kemudia kita meminta oleh-oleh meskipun hanya basa-basi.

Beberapa waktu lalu, beberapa teman pergi ke Yerusalem untuk perjalanan rohani. Salah satu teman memberikan sejumlah uang untuk dibelikan souvenir khas dari Yerusalem yang diinginkannya. Menurut saya sah-sah saja bila mereka adalah keluarga dekat tetapi perlu juga dipikirkan apakah tidak membebani apabila mereka harus meluangkan waktu untuk mencari barang yang diinginkan untuk dijadikan buah tangan?

Kebiasaan  menagih oleh-oleh kepada seseorang yang datang dari bepergian sudah menjadi tradisi di sekitar kita. Permintaan dengan kalimat “Jangan lupa oleh-olehnya ya…” merupakan permohonan lumrah yang kadang kurang di sadari bermakna merepotkan. Pernahkan kita berpikir bahwa saat meminta oleh-oleh itu belum tentu mereka memiliki dana dan waktu  yang cukup untuk membelikan serta mencari oleh-oleh pesanan kita. Selain meminta oleh-oleh, pernahkan kita menawarkan bantuan untuk mengantar ke stasiun, bandara atau sekedar membantu menyiapkan keperluan mereka sebelum keberangkatan? Mari, kita ubah pola berpikir kita tidak meminta sesuatu tetapi menawarkan sesuatu yang berarti untuk teman, kerabat dan keluarga kita yang hendak bepergian. Tentu saja doa adalah yang terpenting agar semua yang mereka rencanakan diberikan kemudahan dan kelancaran. Bukankan begitu?

 

Tinggalkan komentar