Facebook, ubah gaya tatap muka yang tak lagi face to face

gadget

Saat ini, hampir semua orang bicara tentang global village, suatu desa atau kampung global, meskipun kenyataannya berbeda. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Monsiyur Turang di sebuah acara di Katedral Sorong, Papua. Artikel menarik tetang pernyaan tersebut di muat di sebuah tabloid yang saya dapatkan selepas misa hari minggu kemarin.

Dalam artikel tersebut memuat bagaimana dunia kita saat ini berada pada perubahan dasyat yang dipengaruhi oleh kemajuan teknologi komunikasi. Siapa yang tidak mengenal Facebook, Twitter, Instagram, Path atau sejenisnya. Hampir setiap oranng yang kita tanya tentang media yang menglobal tersebut tahu.

Seperti yang disampailan Mgr Turang tentang desa atau kampung yang biasanya orang saling kenal, menyapa dan bertatap muka, tetapi di global village kenyataanya orang menjadi asing di tengah kemajuan teknologi. Bahkan didalam hubungan kekeluargaan saat ini sudah mulai berubah. Keyataan yang menjadi pneggalaman sehari-hari dalam keluarga, dunia digital menghadirkan perubahan baru dalam keluarga dan membangun perilaku baru pula. Orang tua dan anak-anak saat ini semakin tenggelam dalam dunia digital yang menawarkan keindahan yang berbeda. Face to face berubah menajadi Facebook atau nama lainnya yang sejenis. Bahkan orang tua yang sejatinya menjadi teman riil dalam kehidupan anak-anak menjadi teman di dunia maya.

gadget1Keluarga nampaknya semakin mempercayakan diri pada alat komunikasi. Sejatinya komunikasi dalam keluarga dapat berkembang secara positif dan negatif dalam dunia digital yang hanya menghadirkan jari untuk saling menyapa. Pergerakan online dalam keluarga nampak semakin menjadikan anggota keluarga sebagai “orang lain”. Bisa jadi komunikasi manusiawi akan menjadi pudar dan hubungan pribadi bisa menjadi samar. Ketagihan menggunakan gadget dan bersosial melalui online  akan berdampak menjauhnya relasi antar anggota keluarga. “Pemberdayaan teknologi komunikasi tidak sendirinya memberdayakan  hubungan pribadi dan keluarga, kebiasaan, adat istiadat yang baik serta kerukunan jalinan akan sedikit demi sedikit luntur akibat pengaruh komsumerisial media sosial digital tersebut” kata Mrg. Turang.

Memilih bersikap bijaksana dalam menggunakan media sosial adalah penting. Banyak hal yang telah kita jumpai dalam lingkungan masyarakat kita yang berdampak negatif dalam penyalahgunaan media sosial tersebut. Remaja dan anak-anak jaul lebih akrab dengan dunia digital tersebut. Bahkan yang dianggap dunia maya oleh orang dewasa menjadi dunia nyata bagi mereka.  Menurut saya sudah bukan hal yang harus diratapi lagi tetapi seharusnya disyukuri dan disikapi secara positif. Karena sejatinya Facebook dan sejeninya diciptakan untuk hal yang positif , tinggal bagaimana pengguna merespon dan menggunakaanya. 

Tinggalkan komentar