Budaya Menertawakan

Saat saya  membaca  kata tertawa yang terlintas dalam pikiran saya adalah hal yang menyenangkan dan membahagiakan. Definisi kata tertawa menurut saya adalah ungkapan rasa senang, gembira kadang geli dengan suara berderai. Ada sebuah ungkapan bahwa tertawa itu menyehatkan. Tertawa dengan spontan dapat melepaskan setiap beban yang membuat dada sesek menjadi lebih ringan. Tertawa dapat dikarenakan melihat hal-hal yang lucu seperti saat kita menonton sebuat tontonan yang bertema komedi.

Tetapi bagaimana kalau kata tertawa itu menjadi menertawakan dan bagaimana rasanya apabila seseorang itu tidak tertawa tetapi ditertawakan, hal tersebut akan menjadi lain bukan?. Saya mempunyai pengalaman ditertawakan karena hal yang menurut saya sangat remeh. Hal itu terjadi tadi malam, saat saya membawakan sebuah acara di gereja. Pada saat saya menyebut nama seseorang , saya mengalami slip of the tongue sehingga dua suku kata terbalik yang seharusnya saya menyebut hanusaraga menjadi hanusagara. Sontak hampir seluruh peserta acara tersebut tertawa dan langsung secara spontan saya sampaikan maaf atas kekeliruan saya tersebut. Ternyata nama yang saya sebutkan tersebut tertulis keliru dan saat saya membacanya sesuai tulisan peserta acara tertawa kembali dan menertawakan saya bahkan ada yang mengatakan kenapa saya salah sebut sampai dua kali.

Bagi saya slip of the tongue sesuatu yang sangat wajar dan tidak perlu ditertawakan karena hal tersebut bukan “dagelan” apalagi pada forum resmi. Contoh pengalaman saya tadi malam sebuah hal yang sangat sederhana yang menurut orang lain pantas untuk ditertawakan disaat orang berbuat keliru maka orang lain menertawakan.

Hendaknya budaya menertawakan orang lain harus dikikis. Menertawakan orang lain  menjadi cermin dan ukuran seberapa mampu seseorang menghargai orang lain. Menertawakan orang lain juga menjadi ukuran seberapa sempit dan dangkalnya pemahaman sesorang. Mudah-mudahan kita bukan dari orang-orang tersebut yang hanya mampu menertawakan orang lain tetapi tidak berani menertawakan diri sendiri bila keliru.

Tinggalkan komentar